Jember (stdiis.ac.id) – Berawal dari maraknya tuduhan – tuduhan radikal yang berkembang liar di masyarakat kepada mereka yang berpegang teguh pada hadis dan pemahaman para salaf, STDIIS Jember gelar seminar hadis Internasional dengan menghadirkan para ahli hadis yang berasal dari 6 negara. Seminar ini diikuti juga oleh ratusan peserta, mulai dari kalangan dosen hingga mahasiswa dari berbagai wilayah di Indonesia.
Mengusung tema “Peran Para Ahli Hadis Klasik dan Kontemporer dalam Penanggulangan Radikalisme”, seminar ini berlangsung selama 2 hari, pada hari Jum’at-Sabtu, tanggal 20-22 September 2019. Event ini diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Hadis STDI Imam Syafi’i Jember dan Asosiasi Ilmu Hadis Indonesia (ASILHA).
“Kami dari kampus STDI Imam Syafi’i dan juga kami sebagai anggota ASILHA, ingin membuktikan bagaimana penjelasan yang sebenarnya dan bentuk-bentuk dari radikal itu, sehingga masyarakat kita tercerahkan dan tidak terjadi kebiasan dalam pengertian dan bentuk – bentuk dari radikal tersebut. Sekaligus, kami menawarkan solusi-solusi yang dapat mengakar dalam menumpas teror radikal itu, terutama kami akan menyajikan metode – metode pengajaran kami dan bukti-bukti kegiatan para dosen kami dalam penelitian dan pengabdian masyarakatnya.” Tegas Dr. Ali Musri Semjan Putra, Ketua Panitia Seminar Internasional dalam Pers Conference pasca acara pembukaan di Hotel Dafam Jember. (Jum’at, 20 September 2019 / 20 Muharram 1441 H)
Acara ini juga merupakan salah satu wujud nyata Kampus STDIIS Jember sebagai bagian dari sekolah tinggi di Indonesia untuk mengedukasi masyarat terkait definisi yang salah dan tidak bertanggung jawab yang selama ini berkembang.
“Seminar ini satu dari sekian banyak upaya STDI dalam berkontribusi menanggulangi kemungkaran yang terjadi di masyarakat. Radikalisme merupakan bagian dari kemungkaran yang harus kita tanggulangi. Kita tidak rela dengan adanya kekafiran, kesyirikan, (dan) diskriminasi kepada umat Islam, tetapi kita juga tidak rela dengan respon yang emosional, yang (akhirnya) dampaknya lebih buruk daripada manfaatnya.” Ungkap Ketua STDIIS Jember dalam pers conference bersama Wesal TV. (Jum’at, 20 September 2019/ 20 Muharram 1441 H)
Seminar ini terbagi dalam 6 sesi, sesi 1 membahas tentang perkembangan dan ancaman Radikalisme di Indonesia serta langkah-langkah penanggulangannya, sesi 2 membahas tentang pengertian radikal, bentuk-bentuknya, penyebabnya dan solusinya menurut para ahli hadis klasik dan kontemporer, doktrin-doktrin radikalisme dalam tinjauan hadis-hadis nabawi dan kritik ilmiah terhadap paham radikal dalam beragumentasi dengan hadis-hadis nabawi.
Sementara di sesi 3 membahas tentang peranan ahli hadis klasik dan kontemporer dalam mengantisipasi dan menanggulangi radikalisme melalui kitab-kitab mereka, peranan ahli hadis klasik dan kontemporer dalam mengantisipasi dan menanggulangi radikalisme melalui fatwa-fatwa mereka, peranan silabus dan kurikulum prodi ilmu hadis dalam penanggulangan radikalisme, sesi 4 dan 5 adalah diskusi panel, dan sesi akhir yaitu (Annual Meeting) pertemuan tahunan ke 4 Asosiasi Ilmu Hadis Indonesia (ASILHA).
Pembicara-pembicara utama dari 6 negara yang dihadirkan adalah Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz Al Faaleh, M.A. (Guru Besar hadis dan Dekan Fakultas Hadis, Universitas Islam Madinah, Arab Saudi), Prof. Dr. Ali Ibrohim Saud Ajiin, M.A. (Guru Besar hadis dan Ketua Asosiasi Ilmu Hadis Yordania), Prof. Dr. Fathur Rahman Qurasyi, M.A. (Guru Besar hadis dan Ketua Program Studi Hadis, Universitas Islam International Islam Abad, Pakistan), Prof. Dr. Abdus Sami’ Muhammad Anis, M.A. (Guru Besar hadist, Fakultas Syari’ah, Universitas Sharjah, Uni Emirat Arab), Prof. Dr. Mahmud Abdullah Abdul halim, M.A. (Guru Besar hadis, Fakultas Ushuludin, Universitas Al Azhar, Mesir), Prof. Dr. Muhammad Abdur Razaq, M.A. (Guru Besar hadis, Universitas Abdur Rahman bin Faishol, Dammam, Arab Saudi), Dr. H. M. Al Fatih, M.A. (Ketua Asosiasi Ilmu Hadis Indonesia) dan Dr. Ali Musri Semjan Putra, M.A. (Perintis dan Pendiri STDI Imam Syafi’i Jember).
Acara ini turut disiarkan oleh puluhan media televisi dan radio Islam yang tergabung dalam Asosiasi Radio Televisi Islam Indonesia (ARTIVISI), juga diliput oleh beberapa media cetak dan online, baik lokal maupun nasional.